Magelang, SEMARANG Post - Hingar bingar hangatkan malam dingin menyambut malam Syawal 1442 H. Hampir seluruh warga Dusun Onggosoro, Desa Giritengah, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang tumpah ruah menyatu di lapangan dusun nikmati gerakan ritmis, dinamis, dan agresif pagelaran kesenian Kuda Lumping.
Sukidal, penasehat paguyuban seni Lestari Kridho Budoyo (LKB) , menceritakan asal muasal seni tari Kuda Lumping yang tidak lain merupakan gambaran dari bentuk dukungan rakyat terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro pada saat itu ketika menghadapi serangan penjajah Belanda.
" saat ini kesenian di Dusun Onggosoro, penampilannya sudah semakin berkembang, tidak hanya Kuda Lumping, Warok, dan Barong juga Sanggar Tari Abinaya, namun sekarang juga sudah menggunakan Léak " tutur pria paruh baya tersebut pada Selasa 18 Mei 2021 di lokasi pagelaran.
Pada kesempatan yang sama, Hadi Rahmad, selaku pegiat seni Dusun Onggosoro, Desa Giritengah menuturkan tujuan diselenggarakannya pagelaran kesenian Kuda Lumping malam itu, disamping meramaikan suasana tradisi menyambut awal bulan Syawal 1442 H juga sebagai bentuk sikap 'sadar budaya' terutama para remaja di wilayahnya dalam rangka menjaga, memelihara dan mengembangkan kebudayaan warisan leluhur.
Secara geografis Desa Giritengah letaknya hanya 6 Km dari ibu kota Kecamatan Borobudur dan barat daya candi Borobudur maka keberadaan Desa Giritengah sangat efektif untuk eksplorasi kebudayaannya melengkapi aset wisata yang telah tersedia, sehingga Desa Giri Tengah bisa menjadi destinasi wisata alam beserta ragam budayanya.
Ditegaskan oleh Hadi Rahmad, bahwa kaum muda sekarang harus segera bangkit untuk melestarikan kebudayaan Nusantara, jangan sampai warisan leluhur ini direbut oleh bangsa lain.
Editor: Iwan Alfianto