Jakarta, SEMARANG Post - Pelatihan Wawasan Kebangsaan dan Anti Paham Radikalisme dan Terorisme yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia secara virtual diikuti 400 pemuda dari Provinsi Jawa Tengah.
Kegiatan yang dibuka langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali dari Situation Room Kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta beberapa waktu lalu mendorong upaya-upaya penguatan wawasan kebangsaan untuk menumbuhkan anti paham radikalisme dan terorisme.
Menpora mengingatkan pentingnya menguatkan empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
" program ini penting terutama tentang penguatan wawasan kebangsaan. Indonesia memikiki Pancasila sebagai dasar negara, sebagai ideologi negara. Maka secara terus menerus harus selalu ditanamkan kepada para pemuda," kata Menpora Amali.
Zainudin menilai para pemuda sangat rentan dengan paham-paham yang datang dari luar, terlebih jika sudah dibenturkan dengan paham/ideologi keagamaan, maka akan menjadi pro-kontra yang berkepanjangan.
"Kita sebagai warga bangsa sudah jelas memiliki panduan, pedoman dan dasar yakni Pancasila. Ini yang harus dikuatkan, maka saya mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan Deputi Pemberdayaan Pemuda untuk menguatkan itu," kata Menpora Amali.
"Kemenpora terus mendorong penguatan wawasan kebangsaan untuk menumbuhkan anti paham radikalisme dan terorisme, untuk itu kegiatan ini harus jelas output-nya. Dan outcome-nya juga harus terlihat jelas, sehingga program ini bukan sekedar program mengumpulkan orang, bukan sekedar berdiskusi tetapi ada tujuan dan menghasilkan suatu hal yang baik," pungkasnya.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Pertahanan RI Bidang Politik Mayjend TNI Nugroho S.B saat memberikan materi dalam pelatihan tersebut mengaku optimis terhadap generasi muda bangsa yang tidak tinggal diam dan turut hadir sebagai garda terdepan dalam upaya penanganan intolerasi, radikalisme dan terorisme di Indonesia.
"Melihat antusiasme anak muda kita dalam pelatihan ini, kita optimis generasi muda bangsa tidak tinggal diam dan turut hadir sebagai garda terdepan dalam upaya penanganan intoleransi, radikalisme dan terorisme di negara kita ini," ucapnya.
Terpisah, Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Mayjend TNI Hendri Paruhuman Lubis mengungkapkan BNPT melakukan tiga hal besar dalam rangka melakukan pencegahan radikalisme dan terorisme. Pertama, kesiapsiagaan nasional dalam hal ini pemberdayaan masyarakat. Kedua, kontrol radikalisasi dengan cara kontra ideologi, kontra propaganda, kontra narasi. Ketiga, deradikalisasi.
"Kita telah membentuk FKPT atau Forum Koordinasi Pencegahaan Terorisme yang isi oleh sejumlah tokoh-tokoh penting di masing-masing daerah yang tersebar di 32 provinsi dan ditargetkan pada akhir tahun ini sudah terbentuk di 34 provinsi," ungkap Hendri.
Nur Zaman, Staf Khusus Menteri Agama RI yang turut memberikan materi pada kegiatan ini menyebut melawan isu radikalisme, terorisme dan intoleransi harus bekerjasama dan melibatkan semua stake holder bangsa termasuk pemuda.
"Anak muda harus aktif di media sosial menyajikan narasi-narasi alternatif yang lebih menyejukkan dan mempersatukan bukan narasi yang bisa memecah belah," ucapnya.
Kegiatan ini sendiri berlangsung secara virtual yang dibagi menjadi dua gelombang dan diikuti oleh 2500 pemuda dari Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah.
Editor: Anast
Tags:
Nasional