Semarang, SEMARANG Post - Dugderan, festival tahunan ciri khas tradisi Kota Semarang diadakan menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Festival ini menjadi pesta rakyat berbagai lapisan, acara ini juga dimanfaatkan menyelami keragaman Kota Semarang, baik itu dari sisi budayanya, kulinernya, sampai beraneka ragam bentuk pertunjukan seni yang dihadirkan.
Sebagai tradisi dugderan juga ditengarai dengan menabuh bedug sebagai petetapan jatuhnya tanggal 1 Ramadan. Hal tersebut dikatakan Kasi Museum dan Konservasi Budaya Disbudpar Kota Semarang Farah Utasariyani.
“ Tradisi menjelang Ramadan atau Dugderan, tahun ini akan tetap digelar. Tapi dengan sederhana. Pemkot Semarang berencana menggelar tradisi tersebut secara terbatas di sejumlah titik. dan kegiatan tetap digelar meskipun dengan pembatasan peserta,” kata Farah Utasariyani, usai dialog Jateng Gayeng di Progama 4 RRI Semarang Selasa (15/3/2022).
Farah menjelaskan, kegiatan Dugderan rencananya di gelar oleh Pemkot Kota Semarang dibeberapa titik, seperti Alun-alun Masjid Kauman,Masjid Agung Jawa Tengah dan di Halaman Balaikota Semarang.
“Kegiatan akan dipusatkan di dua titik, yakni di halaman Balai Kota Semarang dan Masjid Agung Kauman,” jelasnya seperti dikutip dari laman rri.co.id.
Pada dialog Jateng Gayeng yang dipandu Siwi Jatmiko, Farah menambahkan Selain bertujuan untuk mengingatkan masyarakat bahwa bulan Ramadan telah datang, Dugderan juga menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi masyarakatnya dan dapat mengembalikan perekonomian masyarakat Kota Semarang.
“ Selain untuk mengembalikan perekonomian masyarakat, Dugderan juga menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi masyarakatnya Kota Semarang,” Imbuhnya
Sementara itu Dugderan telah menjadi pesta rakyat yang dilaksanakan tepat sehari sebelum puasa Ramadan. Istilah Dugderan diambil dari bunyi suara tabuhan bedug (dug) yang diiringi dengan suara meriam/mercon (der). Perpaduan bunyi suara inilah yang menjadi awal mula penamaan tradisi ini.
Editor: Wahyu