Surabaya, SEMARANG Post - Ryan, masih ingat nama tersebut? jagal 11 orang yang divonis hukuman mati oleh peradilan.
Peristiwa menggemparkan jagat kriminal terkuak pada April 2009. Majelis hakim Pengadilan Negeri Depok ketok palu vonis hukuman mati kepada Very Idham Heryansyah dikenal dengan nama Ryan dengan bukti bersalah atas pembunuhan berantai 11 korban.
Kisah Ryan, menjadi inspirasi dua wartawan senior DI’s Way Mediaonline. Noor Arief Prasetyo dan Doan Widhiandono, melakukan investigasi dan menerbitkannya menjadi buku “RYAN, Transformasi Sang Jagal Jombang”. Sebelumnya, tulisan jurnalistik investigasi tersebut dimuat berseri di media online DI’s Way
Launching buku yang menggali sisi kehidupan sang jagal dari Jombang tersebut berlangsung di ruang Multi Media kampus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya (STIKOSA – AWS) pada Rabu 20 April 2022.
Karya buku dua jurnalis tersebut, diapresiasi Dahlan Iskan. Menurutnya, karya investigasi 2 jurnalis tersebut merupakan investigasi mendalam dan masih tergolong karya jurnalistik yang langka di era transformasi media digital ini.
“ Itulah pekerjaan wartawan yang kadang – kadang menimbulkan keasyikan tersendiri, sehingga saya berterimakasih kepada STIKOSA - AWS yang membedah buku ini dan saya anggap STIKOSA – AWS memberikan dorongan dan penghargaan kepada wartawan yang melakukan peliputan seperti yang dilakukan 2 wartawan kita ini,” ungkap Dahlan Iskan.
Dahlan Iskan mantan Menteri BUMN di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap buku RYAN, Transformasi Sang Jagal Jombang bisa dijadikan sebagai salah satu materi (red: bagian dari mata kuliah) untuk mencetak wartawan – wartawan baru atau orang – orang komunikasi baru di STIKOSA – AWS.
“Mudah – mudahan buku ini sangat bermanfaat, karena buku ini salah satu contoh yang baik dari pekerjaan wartawan yang sesungguhnya, terutama di jaman digital ini. Kalau ini dilakukan pada 15 tahun yang lalu, masih banyak (wartawan) yang melakukannya, tapi kian kesini, kian era digital ini sulit mencari wartawan seperti ini,” imbuh Dahlan Iskan sosok yang membesarkan koran nasional Jawa Pos.
Dalam buku tersebut, tersirat sisi lain sosok Ryan yang belum banyak diketahui masyarakat, mengungkap tabir apa motifnya yang sesungguhnya Ryan melakukan pembantaian terhadap 11 korbannya, yaitu sembilan korbannya laki – laki dan dua perempuan. Dimana banyak tersebar memberitakan tentang kesadisan Ryan begitu mengerikan hingga diganjar vonis hukuman mati.
“Kami menuliskan dari hasil peliputan investigasi selama ini, karena saya mencoba memahami bahwa kita sebagai manusia punya dua sisi. Seburuk-buruknya orang masih ada baiknya dan sebaik-baiknya orang masih ada buruknya, sama dengan Ryan. Dari benang merah yang kita sepakati bahwa dari 11 korban pembunuhan tidak ada satupun yang bermotif ekonomi. Jadi tidak ada Ryan membunuh para korbannya mengincar hartanya, tetapi penghilangan barang (red: barang bukti kejahatan Ryan) itu untuk menghilangkan jejak,” ungkap Noor Arief, satu dari penulis buku ini.
Hal senada ditambahkan Doan Widhiandono. Dari hasil investigasi liputannya, alasan Ryan melakukan pembunuhan 11 orang korbannya, lantaran permasalahan keluarga yang mendasarinya, mulai dari perselingkuhan yang dilakukan kedua orangtua Ryan secara terang – terangan dihadapan pelaku, hingga mendidik anak mulai masa kecilnya atas pembentukan perilaku Ryan yang begitu membenci sebuah ketidaksetiaan.
“Dari situlah kita menemukan angle nya untuk kita garap selama 40 edisi dalam 40 hari investigasi. Ada yang bertanya pada saya bagaimana mengetahui kalau Ryan sekarang benar – benar bertobat?, ya saya jawab ya saya tidak tahu, yang saya ceritakan di peliputan, saya menggambarkan fakta – fakta secara simbol – simbol yang jelas keseharian Ryan selama di penjara Gunung Sindur, saya menggambarkan fakta – fakta Ryan berkopyah, ada tanda hitam di dahinya, dan Ryan diwisuda hafidz, dokumentasi Ryan ikut pengajian, dokumentasi Ryan ikut bagi – bagi takjil selama bulan Puasa Ramadhan,” ungkap Doan.
“Di buku ini tidak ada (tulisan) penghakiman tidak ada menggambarkan hidup baru Ryan, tidak ada. Buku ini menggambarkan kehidupan Ryan sekarang. Cara berpakaian, cara bicaranya masih tertata dan aktivitas Ryan di penjara yang juga diverifikasi keluarganya. Kita tidak meminta pembaca untuk menyimpulkan, oh Ryan sak iki wes dadi wong apik (red : oh Ryan sekarang jadi orang baik), ya terserah saja pembaca menyimpulkan seperti apa?,” imbuh Doan.
Dalam launching dan bedah buku yang terselenggara secara hybrid ditayangkan online di akun media sosial STIKOSA – AWS dihadiri Eko Pamuji selaku Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur dan diikuti civitas akademika STIKOSA – AWS juga msyarakat umum, baik secara luring dan daring, serta dibuka langsung oleh Ketua STIKOSA – AWS, Meithiana Indrasari.
Sebelum pelaksanaan Launching dan bedah buku “RYAN, Transformasi sang jagal Jombang”, juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara Ketua STIKOSA – AWS dengan Direktur media online DI’S way, secara virtual online. (dmpr)
Editor: Anast