Jakarta, SEMARANG Post - Dari tanggal 15 Juni hingga 17 Juni 2022, Frank- Walter Steinmeier, Presiden Republik Federal Jerman kunjungi Indonesia dalam rangka kunjungan kenegaraan sehubungan dengan peringatan 70 tahun hubungan diplomatik Jerman-Indonesia.
Program kunjungan selama tiga hari itu antara lain mencakup perbincangan seputar inisiatif “Sekolah: Mitra menuju Masa Depan” (PASCH) serta kunjungan ke Museum Nasional Jogja, tempat ia mendapat informasi mengenai proyek “Monumen Antroposen” yang didukung oleh Goethe-Institut.
Pada 16 Juni, Steinmeier berkunjung ke Deutsche Schule Jakarta (Sekolah Jerman Jakarta), tempat ia selaku menteri luar negeri Jerman pada tahun 2008 mencanangkan inisiatif “Sekolah: Mitra menuju Masa Depan” (PASCH), dan dengan demikian membentuk fondasi sebuah jaringan global yang memotivasi pemuda belajar bahasa Jerman serta memperkuat struktur-struktur pengajaran bahasa Jerman bermutu tinggi.
Sejak peluncuran PASCH 14 tahun silam itu, ada lebih dari 2.000 sekolah di seluruh dunia yang tergabung dalam inisiatif tersebut. Di Indonesia saja, jaringan PASCH telah mencakup 29 sekolah mitra PASCH yang dibina oleh Goethe-Institut.
Selama kunjungannya ke Deutsche Schule Jakarta, Presiden Jerman ikut ambil bagian dalam acara bincang-bincang dengan wakil-wakil komunitas PASCH Indonesia atas undangan Goethe-Institut. Bincang-bincang ini dihadiri seorang guru PASCH yang juga alumni PASCH, seorang pensiunan kepala sekolah SMAN 1 Ambon, seorang alumni PASCH dari SMAN 3 Mataram, serta seorang siswa SMA Saint Peter Jakarta, yang menjadi pemenang Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional pada tahun ini dan akan mengikuti Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Internasional di Hamburg. Dalam acara bincang-bincang ini, para peserta menceritakan pengalaman mereka sebagai bagian inisiatif tersebut dan bagaimana PASCH mempengaruhi hidup mereka.
“Kami boleh berbangga bahwa inisiatif ini telah berkembang menjadi jaringan global dengan sekitar 2.000 sekolah di 120 negara. Saya bergembira melihat jaringan ini dibina dengan sangat baik oleh Goethe-Institut dan saya yakin bahwa pada tahun-tahun mendatang pun inisiatif ini tetap akan menarik minat orang-orang muda terhadap negara Jerman dan bahasa Jerman.” ungkap Frank-Walter Steinmeier.
Pada 17 Juni, Presiden Jerman bertolak ke Yogyakarta. Ia menyambangi Museum Nasional Jogja untuk mendapat informasi mengenai proyek “Monumen Antroposen” yang diprakarsai pada tahun 2021.
Monumen Antroposen adalah proyek seni kolektif berlandaskan aktivisme yang menjadi titik temu bagi seniman, ilmuwan, aktivis lingkungan, serta orang dari semua bidang kehidupan yang peduli tentang masalah lingkungan, keberlanjutan, dan peningkatan ekonomi melingkar.
Titik berat proyek yang dijalankan bersama oleh Indonesian Upcycle Forum (IUF) dan pemerintah daerah setempat adalah upaya menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, peningkatan pendapatan warga yang mengalami ketimpangan sosial, serta pemantapan kesehatan masyarakat. “Monumen Antroposen” didukung oleh Goethe- Institut Indonesien dan disokong dengan pendanaan dari Dana Ekonomi Kreatif Kementerian Luar Negeri Jerman.
Elemen sentral “Monumen Antroposen” adalah karya seni di ruang publik yang berdampak positif terhadap masyarakat, yaitu bangunan tingkat tiga yang akan didirikan di desa Bawuran. Persiapan untuk pembangunannya sudah berjalan. Monumen tersebut memiliki keunikan dari segi arsitektur: Bangunan itu akan terbuat dari batu bata pres berbahan limbah plastik yang diperoleh dari timbunan sampah yang sumbernya berjarak hanya sekitar 200 meter.
Dinding “Monumen Antroposen” akan diberi relief sejarah antroposen oleh sejumlah seniman, sebagai kontemplasi artistik yang memperlihatkan kala-kala penggunaan sumber daya oleh umat manusia: Holosen pada tingkat pertama, antroposen di bagian tengah, dan paling atas ekonomi melingkar sebagai utopia positif.
Setelah pembangunan kompleks rampung, batu-batu itu akan terus diproduksi dan dijual bersama produk-produk olahan limbah plastik atau bahan lain guna mendukung pembiayaan yang berkelanjutan: Bangunan itu menggunakan material dari tempat pembuangan sampah, mengurangi volume timbunan tersebut, dan menjadi sumber daya bagi komunitas.
Dalam kunjungan terpandu di Museum Nasional Jogja, Presiden Jerman memperoleh kesan pertama mengenai proyek tersebut. Sebagai bagian presentasi mereka, para kurator “Monumen Antroposen” sempat memperlihatkan mesin ekstrusi plastik, yang akan digunakan di monumen untuk menghasilkan batu bata dan produk lain dari bahan plastik yang didaur ulang.
Seusai kunjungan, Direktur Goethe-Institut Wilayah Asia Tenggara/Australia (Selandia Baru) Stefan Dreyer yang mendampingi Presiden Jerman baik saat bertemu dengan para wakil komunitas PASCH maupun saat berkunjung ke Yogyakarta mengungkapkan :
“Kami sangat senang bahwa di tengah jadwalnya yang padat dalam rangka kunjungan kenegaraan, Presiden Steinmeier menyempatkan diri untuk meninjau dua proyek penting Goethe-Institut. Kami memandang hal ini sebagai wujud apresiasi dan dukungan terhadap kerja kami di kawasan ini.”
Editor: Anast